phone: +420 776 223 443
e-mail: support@londoncreative.co.uk

BP #1 : Buku Pertamaku


"Berazzam itu gampang. Menjaga kkomitmen agar janji itu tetap terjaga yang gak mudah!" kata Deniz Dinamis.



Saat-saat luang kadang kusempatkan untuk menikmati hobiku, yaitu baca kisah (novel, cerpen, biografi, catatan perjalanan) dan  nonton film. Tulisan-tulisan yang berisi kisah-kisah selalu menyihirku dan membuat tak dapat menahan diri untuk tak melahapnya dengan rakus. Menurutku buku menarik itu berawal dari kesan pertama. Aku sering terkesan dengan buku dengan sampul gloves dipadu dengan kertas buram ringan berwarna putih sedikit kekuningan. Entah kalangan penerbit menyebutnya kertas jenis apa. 'Kesan pertama begitu, menggoda. Setelah itu terserah Anda!' Aku pernah mendengar sebuah iklan parfum begitu.

Buku-buku tebal dan film-film keren selalu menimbulkan rasa kekaguman dalam diri. Bagaimana mungkin sebuah otak kecil yang beratnya  hanya 2 ons, tapi bisa menghasilkan kata dan gambar seluar-biasa ini. Decak kagum pun berlontaran dari bibir tebalku. Kebiasaanku mencicipi segala macam jenis buku dan film mengubahku jadi seorang pengkhayal dan pengembara. Misalnya  film " Lost In To The Wild" menggiringku untuk bermimpi bisa berkeliling Nusantara bahkan dunia seperti sang tokoh Alex Supertramp yang mengelilingi Amerika hanya bermodal fisik dan keberanian. Film ini sangat mirip dengan "Balada Si Roy" nya Mas Gol A Gong (kabarnya 2013 akan difilmkan, tapi belum tahu kapan dilaunching perdananya). Balada  Si Roy juga mendesak-desak pikiranku agar suatu hari nanti akan menggenapkan diri dengan backpaker-an keliling Indonesia. Menurut Gol A Gong seorang pengarang harus menulis ceritanya sendiri dan itu bisa dilakukan dengan bepergian.

Sejak berkenalan intens dengan baca-tulis awal tahun 2000-an, aku selalu saja tak puas setelah selesai membaca buku tertentu. Aku selalu gemas dengan pendapat ini itu dari sang penulis yang kadang aku tak sependapat. Aku selalu punya opini sendiri tentang segala sesuatu, tak hanya manggut-manggut mengikuti pikiran orang lain. Tentu saja manusia akan dikelilingi lingkaran kesalahan, jadi tak ada kebeneran mutlak dari pendapat manusia.

Tahun 2013 menurutku mungkin akan menjadi tahun kebangkitan terpenting dalam sejarah kehidupan seorang M. Adi Mubarok. Aku memiliki kebiasaan menuliskan apa saja yang kuimpikan ditembok kamarku. Saat ini ada 64 keinginan yang belum tercapai. Salah satunya adalah menerbitkan buku pertamaku. Bagiku tahun ini adalah resolusi. Sempat menengok akun fesbuk Mas Jonru, dan disana tercantum sebuah gambar dengan tag iklan sangat bermakna bagiku : Resolusiku 2013 : Menerbitkan Satu Buku Karyaku Sendiri. Duh, sangat mengharukan mengingat betapa aku harus terseok-seok dan berdarah-darah untuk menerbitkan buku perdanaku. Dua naskah yang kusiapkan raib hilang entah kemana  saat memindahkan data. Dan mau tak mau aku harus memulainya dari awal. Menulis di notebook memang sangat memudahkanku untuk mengetik, mengedit, dan menyimpan. Akan tetapi juga mudah juga hilang dan lenyap hanya lantaran virus, salah pencet, ataupun notebook rusak.

Senyumku sumringah ketika berjalan-jalan di toko buku dan melihat buku tebal dengan judul dan cover menarik. Dorongan untuk membawa pulang buku itu begitu besar. Aku senantiasa bermimpi : "Kapan ya aku bisa  menulis buk u tebal seperti ini? Dibaca, diresapi, dikomentari, dihargai, diapresiasi, dielu-elukan, dimintai tanda tangan dan foto oleh banyak pembaca. Juga dapat penghasilan, menjadi pembicara di nasional, masuk media massa.

Aku jadi teringat dengan omongan Mas Deniz Dinamis bahwa ber-azzam (berjanji) itu gampang. Namun yang tak mudah adalah menjaganya. Kata-kata itu terngiang-ngiang ditelinga merasuk dalam dada. Mas Denis,..... Betapa istiqomah itu yang tak mudah.  Mudah sekali memimpikan sesuatu lalu menuliskannya. Dan PR selanjutnya adalah bagaimana men-tabulasi mimpi tersebut menjadi target-target kecil sederhana yang bisa dicapai dalam bingkau skedul yang rapi.

Mari kawan-kawan kita duduk sejenak untuk sekadar menghela nafas dari kesibukan dan rutinitas harian kita yang tak ada habisnya. Bagi para pembelajar, waktu istirahatnya adalah waktu yang tepat untukberpikir dan mengevaluais kerja-kerja atau produksinya. Apakah semua yang kita jalani selama ini suda hseperti apa yang kita impikan. Apakah kita benar-benar menjalani keseharian kita sesuai dengan apa yang kita senangi.

Di tahun ini, gerangan resolusi apa yang kita kejar?? Apa yang membuat kita begitu bergairah sehingga mau mengorbankan banyak hal? Apakah kita akan terjebak dengan rutinitas sampai tua lalu mati dan tak berani mengejar mimpi dan azzam kita? Kupikir kita pantas mendapatkan lebih dari apa yang bisa kita capai, yaitu mengejar mimpi-mimpi kita.

Setelah kehilangan naskah-naskahku, bahkan jurnal pribadiku selama 5 tahun terakhir ini, masihkah aku memiliki energi untuk mengejar mimpiku menjadi penulis yang diterbitkan dan diakui khalayak banyak? Ataukah justru kehilangan ini akan memicu semangatku untuk menulis hal-hal baru dalam lembaran kehidupanku ini...

Mohon doanya kawan-kawan sekalian...

M. Adi Mubarok

0 komentar: